Terlambat 7 Menit
waktu, kebetulan, penundaan, hidup sehari-hari, pilihan kecil
SHORT STORY
Andhika Rafi Sunggoro
7/21/20251 min read


Pagi itu aku terlambat 7 menit.
Bukan karena bangun kesiangan. Tapi karena aku memilih untuk menyiapkan teh, bukan kopi. Karena aku mencari kemeja biru yang entah kenapa tidak ada di gantungan. Karena aku sempat membaca ulang satu paragraf di buku yang belum selesai kubaca.
Hal-hal kecil.
Akibatnya: aku sampai di halte 7 menit lebih lambat dari biasanya. Bus yang biasa kunaiki sudah lewat. Aku menunggu yang berikutnya — yang lebih penuh, lebih lambat, dan jalurnya sedikit memutar.
Aku kesal. Tapi hanya dalam hati.
Di dalam bus, aku berdiri di dekat pintu. Berpegangan pada tiang yang sedikit lengket. Di seberangku, duduk seorang pria tua. Tangannya gemetar, tapi matanya tenang. Aku tak tahu kenapa, tapi aku merasa ingin bicara.
Dan entah kenapa, aku benar-benar bicara. Aku bertanya, "Sering naik bus ini, Pak?"
Dia tersenyum. "Setiap hari. Ke rumah sakit."
Kami mengobrol singkat. Ternyata dia sedang dalam pengobatan untuk penyakit paru-paru yang sudah lama. Tapi dia cerita bukan tentang sakitnya, melainkan tentang burung-burung yang sering ia lihat saat melewati jembatan, dan tentang supir bus yang kadang memberi permen gratis.
“Kalau saya naik bus lebih pagi, burungnya belum muncul,” katanya.
“Jadi saya selalu naik yang ini.”
Aku tersenyum. Dan baru sadar:
Kalau aku tidak terlambat 7 menit, aku tidak akan ada di sini.
Mungkin hidup memang dipenuhi hal kecil seperti itu.
Perbedaan 7 menit yang mengubah rute.
Langkah pelan yang membuat kita bertemu orang tertentu.
Macet yang membuat kita melihat iklan lowongan kerja baru.
Kopi yang tumpah dan membuat kita sadar kita butuh istirahat.
Kita sering mengutuk keterlambatan. Tapi mungkin…
di waktu yang tertunda, ada versi hidup lain yang menunggu kita.
Hari itu, aku sampai kantor lebih siang.
Aku tidak menjelaskan apa-apa ke atasan.
Aku tidak merasa perlu.
Karena untuk pertama kalinya, aku merasa —
terlambat bukan berarti salah.
Kadang, terlambat adalah cara semesta berkata:
“Tunggu sebentar. Aku sedang mengatur ulang rute hidupmu.”