Bukan Dunia yang Sama
dunia paralel, realitas retak, atmosferik, misteri sunyi
SHORT STORY
Andhika Rafi Sunggoro
7/6/20251 min read


Hari ini aku melihat pintu rumah sebelah tertukar arah.
Dulu gagangnya di kiri. Sekarang di kanan.
Dulu warnanya krem. Sekarang sedikit lebih abu-abu.
Mungkin hanya dicat. Mungkin aku yang salah ingat.
Tapi anehnya, tidak ada siapa pun yang pindah.
Pemiliknya masih sama: Bu Marni, wanita paruh baya dengan suara cempreng dan kebiasaan menyiram tanaman jam lima pagi.
Hanya... suaranya tidak pernah terdengar lagi.
Di halte tempat biasa aku menunggu bus, tiang penyangganya dulu berkarat.
Sekarang mengilap. Terlalu bersih. Terlalu baru.
Dan lagu-lagu di radio mobil—aku hafal urutannya.
Tapi dua hari ini, lagu yang biasanya diputar setelah jam 7.45 tidak muncul.
Digantikan lagu yang rasanya tak pernah ada.
Penyanyinya asing, melodinya asing. Tapi... semua orang di kantor ikut bersenandung.
Aku diam.
Sore hari, aku membuka album foto lama.
Di foto ulang tahun ke-17, aku tahu jelas baju apa yang kupakai: kemeja garis biru.
Tapi sekarang, warnanya jadi abu-abu. Semua foto berubah.
Rambut adikku yang dulu keriting, sekarang lurus.
Dan foto yang biasa dipajang di ruang tamu — yang sudah ada sejak aku kecil — menghilang dari dinding.
Tidak ada yang merasa aneh.
Tidak ada yang bertanya.
Aku pikir aku gila.
Tapi semakin aku mencari pembenaran, semakin dunia ini terasa seperti salinan yang keliru.
Temanku, Fadli, dulu kidal. Sekarang menulis dengan tangan kanan.
Dia bilang, “Aku memang selalu kanan.”
Lalu tertawa seperti aku bercanda.
Ibuku menyebut nama keluargaku dengan intonasi yang berbeda.
Kucing kampung di sekitar rumah sekarang punya bulu belang yang tak pernah ada.
Semua... bergeser setengah langkah.
Aku mencoba bertanya pada diri sendiri:
Mungkinkah aku... terlempar?
Bukan ke masa depan. Bukan ke masa lalu. Tapi ke versi lain dari hidup yang hampir mirip —
hanya saja, tidak benar-benar sama.
Dan kalau memang begitu,
maka pertanyaan berikutnya adalah:
Berapa kali ini sudah terjadi tanpa aku sadari?
Berapa banyak hal yang sudah berubah tapi tak pernah aku cek ulang?
Malam ini aku mencatat semuanya.
Pola ubin di teras.
Jumlah anak tangga.
Letak bintik hitam di lengan kiriku.
Kata sandi WiFi.
Nada dering HP.
Tanggal lahirku.
Karena kalau besok aku bangun di versi dunia yang lain lagi,
aku ingin tahu.
Aku ingin jadi satu-satunya yang sadar
bahwa ini bukan dunia yang sama.